Rabu, 21 Juli 2010

Hidup itu Seperti Menikmati Buah Jeruk


 

 Hidup itu memang seperti menikmati buah jeruk. Ada orang-orang yang hanya memandanginya dari jauh, menikmati keindahannya tanpa berbuat apa-apa. Ada pula yang datang memetik, menguliti dan menikmati isinya. Bagi yang menikmati jeruk itu maka ada orang yang langsung akan menikmati manisnya tetapi ada pula yang meringis karena kekecutannya. Bagi yang mendapatkan jeruk yang kecut, beberapa akan membuangnya langsung ke tong sampah tetapi beberapa lagi dengan kreatif akan memeras buah jeruk itu, memberi sedikit gula dan dicampur dengan air maka akan terciptalah minuman yang menyegarkan. Begitulah, hidup itu seperti kita sedang menikmati buah jeruk.


Maka apapun situasi yang saat ini sedang menerpa kita akan menguji kehidupan ini, kreatifkah kita atau hanya sanggup berputus asa saja. Apakah kita hanya bisa membuang jeruk yang kecut itu ke tong sampah tanpa upaya untuk mengolahnya? Sebab dengan pengolahan yang kreatif kita akan menikmati hasil yang lebih baik daripada dengan membuangnya begitu saja. Karena itu, apapun yang kita alami saat ini dan apapun yang akan terjadi besok, semuanya tergantung pada cara kita menghadapi hidup. Contohnya, pasti ada banyak diantara kita yang dulu pernah mengalami masa-masa pahit dalam hidupnya tetapi kini dengan riang dan lucu menertawakan masa-masa tersebut. Maka, jika masalah lampau bisa menjadi bahan lawakan sekarang, mengapa masa-masa sulit sekarang tidak akan menjadi lelucon di masa depan? Karena itu, bagi anda yang saat ini sedang murung, menghadapi suatu perasaan hampa, putus asa dan merasa bahwa hidup itu sungguh-sungguh tidak bermakna, ada satu pertanyaan : (¨Benar-benar tak berartikah anda?)

Marilah kita pikirkan bersama bahwa seringkali perasaan kecewa, putus asa dan frustasi itu muncul terutama karena keinginan kita tak tercapai. Kita memikirkan diri kita sendiri. Kadang-kadang bahkan kita ingin mati saja untuk sesuatu hal karena bertentangan dengan keinginan kita. padahal hidup lebih sering berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Anehnya, kita yang beriman pada Allah dan Rasulullah serta meyakini bahwa beliau rela berkorban dan menahan lapar hingga mengganjal perutnya dengan batu yang dipilin di dalam kain sehingga terdengar sebuah bunyi aneh ketika Rasulullah saw ruku' dan sujud kita masih saja egois, hanya memikirkan diri kita sendiri. Tak pelak lagi setelah usai sholat Umar bin Khottob pun bertanya,
"Ya Rasulullah, engkau terlihat pucat, apakah engkau sakit?" beliau menjawab,
"Tidak Umar, aku baik-baik saja"
Umar beserta sahabat yang lainnya masih tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, lalu mereka mengulangi pertanyaan yang sama hingga 3 kali. Baru setelah itu Rasulullah mengaku,
sambil mengangkat baju  maka terlihatlah betapa batu-batu kecil yang dilipat dalam kain yang diikatkan di perut beliau kelihatan.Itulah mengapa di setiap ruku' dan sujudnya selalu terdengar bunyi yang aneh.
"Wahai Rasulullah, tidakkah kita tidak akan menyediakan makanan jika engkau berkata kepada kami?"
dengan sangat santun Rasulullah bersabda,
"Bagaimana aku kelak akan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah jika aku menjadi beban bagi umatku. Cukuplah aku yang merasakan kelaparan ini asalkan umatku tidak."
Percayalah bahwa kita tak mungkin berbahagia selama kita membuat orang lain berduka dan karena itu hal terpenting yang dapat kita lakukan adalah menghargai hidup. Sebab itu, dalam menikmati kesegaran jeruk kehidupan ini, marilah kita untuk pantang berputus asa dan jika saat-saat sulit tiba, kita mesti menyadari bahwa ada orang-orang yang bahkan untuk bergembira dalam mimpi pun tidak mampu. Marilah kita senantiasa mencontoh Rasulullah yang telah mengurbankan dirinya demi umatnya.  Ibarat sebuah lilin yang demi menerangi kegelapan ia bersedia untuk lumer asalkan terang menghiasi sekitarnya.


Sumber inspirasi : Neng Selvi di http://shelvie.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat datang di Paytren. Untuk menjadi mitra Paytren ada beberapa tahap yang harus anda lalui : *TAHAP 1*   1. CALON MITRA DOWNLO...