Hajar Aswad Pernah Dicuri
Tahir kemudian menantang umat Islam agar mengambil batu itu, boleh dengan
perang atau dengan membayar sejumlah uang yang pada saat itu sangat
berat bagi umat Islam. Baru setelah 22 tahun (tahun 339 H). batu itu
dikembalikan ke Makkah oleh Khalifah Abbasiah al-Muthi’lillah setelah
ditebus dengan uang sebanyak 30.000 dinar.
Dalam kitab Ikhbarul
al-Kiraam diterangkan bahwa ketika Abdullah bin Akim (utusan Khalifah
al-Muthi’lillah) menerima Hajar Aswad dari pemimpin Suku Qurmuth itu
langsung dimasukkan ke dalam air dan tenggelam, kemudian diangkat dan
dibakar ternyata pecah, maka ia menolak batu itu dan dinyatakan palsu.
Dengan tenang pemimpin Qurmuth itu memberi yang kedua yang sudah
dilumuri minyak wangi dan dibungkus dengan kain sutra yang sangat indah.
Namun Abdullah tetap melakukan seperti pada yang pertama dan ternyata
hasilnya juga seperti yang pertama, maka ia minta yang aslinya dan oleh
pemimpin suku Qurmuth itu diberikan padanya batu yang ketiga. Tapi oleh
Abdullah batu inipun diperlakukan seperti yang sebelumnya, dan sungguh
aneh tetapi nyata bahwa batu itu tidak tenggelam malah terapung di atas
air. Ketika dibakar tidak merasakan panas. Maka Abdullah dengan puas
mengatakan;
“Nah inilah dia, batu kita”.
Dengan terheran-heran pemimpin
Qurmuth bertanya:
“Darimana anda mendapat ilmu ini?”.
Abdullah menjawab:
“Nabi pernah mengatakan,
"Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah yang ada
di bumi, pada hari Kiamat nanti tampak memiliki mulut dan meyaksikan
siapa-siapa yang pernah menyalaminya dengan niat baik atau tidak baik,
tidak akan tenggelam di dalam air dan tidak panas dalam api”.
“Inilah
agama yang benar-benar tuntunan dari Allah (bukan produksi akal)”,
demikian pemimpin Qurmuth itu berkomentar.
Kepada pemimpin Qurmuth ini
Allah menurunkan siksa berupa penyakit yang tidak dapat disembuhkan
sampai bertahun-tahun lamanya dan akhirnya semua persendiannya saling
berlepasan. Semacam penyakit lepra yang akut…… dan matilah dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar