Menyoal
kematian ust. Uje ini ada beberapa suara di tengah masyarakat bahwa mati dalam
kecelakaan adalah tanda tidak baik. Mendengar hal yang demikian, saya pun lalu
mencoba mengomentari bahwa maut itu haq dan pasti akan datang menghampiri kita.
Mati itu satu cuma sebabnya yang membedakan, seperti pepatah Arab :
Fal
mautu wahidun, wa asbabuhu syatta
Artinya :
Mati itu satu adapun sebabnya bermacam-macam.
Ada orang
yang meninggal karena sakit perut. Maka sakit perut hanyalah satu dari sekian
sebab kematian. Berbagai macam penyakit diderita manusia hingga akhirnya
menghantarkannya kepada kematian. Maka terhadap yang demikian itu kita hanya
mampu berkata sakit hanyalah sebab, sedangkan kematian satu, ya kematian itu
sendiri.
Kecelakaan
ust. Uje juga sebab dari kematian beliau. Bahkan ulama’ sekaliber KH Wahid
Hasyim, ayahanda Gus Dur, menteri Agama RI pertama kali pada cabinet Soekarno
juga meninggal dalam kecelakaan. Usia beliau pada waktu itu baru 38 tahun.
Sabtu 18 April 1953, KH Wahid Hasyim meluncur ke Sumedang untuk mengikuti rapat Nahdlatul Ulama (NU). Gus Dur kecil ikut bersama ayahnya di dalam mobil Chevrolet.
Di daerah Cimindi, jalan antara Cimahi dan Bandung, cuaca hujan dengan kabut yang mengganggu pandangan. Terjadilah kecelakaan maut itu. Mobilnya selip, sopir tak mampu menguasai mobil hingga membentur bak belakang truk.
Saking kerasnya tabrakan, tubuh KH Wahid Hasyim terlempar keluar. Pertolongan datang sangat terlambat. Ambulans baru datang pukul 16.00 WIB, sekitar tiga jam setelah kecelakaan.
KH Wahid Hasyim dibawa ke rumah sakit. Sayang, nyawanya tak tertolong. Keesokan harinya dia meninggal. Berakhirlah jejak emas pengabdiannya untuk negara ini dan dunia Islam.
Di daerah Cimindi, jalan antara Cimahi dan Bandung, cuaca hujan dengan kabut yang mengganggu pandangan. Terjadilah kecelakaan maut itu. Mobilnya selip, sopir tak mampu menguasai mobil hingga membentur bak belakang truk.
Saking kerasnya tabrakan, tubuh KH Wahid Hasyim terlempar keluar. Pertolongan datang sangat terlambat. Ambulans baru datang pukul 16.00 WIB, sekitar tiga jam setelah kecelakaan.
KH Wahid Hasyim dibawa ke rumah sakit. Sayang, nyawanya tak tertolong. Keesokan harinya dia meninggal. Berakhirlah jejak emas pengabdiannya untuk negara ini dan dunia Islam.
Apakah
kemudian kita akan berani mengatakan kematian KH Wahid Hasyim tidak baik, atau
tanda kematian tidak baik.
Almarhum
KH Daldiri Lempuyangan
Yogyakarta juga meninggal dalam musibah kecelakaan. Padahal beliau adalah ulama’
hafidz qur’an yang disegani. Termasuk pakar yang memprakarsai berdirinya seaman
Alqur’an dan mujahadah “Dzikrul Ghofilin” Yogyakarta.
Almaghfurlah
kyai rifa'i romly, rejoso
peterongan jombang,
juga meninggal karena kecelakaan.
Dengan mengetahui beberapa kisah di atas, masihkan kita beramsusi kecelakaan adalah
indikasi baik tidaknya kematian seseorang?
Umar bin
Khottob, kalifah kedua setelah Abu Bakar, juga meninggal dalam keadaan sangat
tragis. Beliau ditikam dari belakang ketka sholat subuh berjamaah. Usman bin
Affan, Ali bin Ab Tholib juga mengalami hal serupa. Keduaya dibunuh oleh
orang-orang yang keji. Apakah kematian yang demikian juga indkasi tidak baiknya
seseorang??
Mungkin
dalam benak kita masing-masing, tersimpan sebuah memori bahwa kematian yang baik
itu adalah kematian adalam keadaan tenang, di atas pembaringan dengan ditunggui
oleh anak cicit. Apalagi didahului dengan wasiat dan pesan-pesan penting untuk
kemudian berpamitan dan menghembuskan nafas terakhir. Mantab nian…!! Dan siapapun
kita pastilah menginginkan kematian yang seperti ini.
Tetapi lihatlah
keadaan diri kita.
Kita yang saban harinya mengendarai motor atau mobil juga
akan terkena hukum posibilitas kematian kecelakaan. Jika kita bekerja di
bangunan maka juga akan terkena kemungkinan mati tertimbun bahan bangunan,
jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan di jalan ketika menuju tempat kerja. Yang jadi guru juga
terkena kemungkinan mati pada waktu mengajar, ataupun mati di perjalanan ketika
berangkat mengajar atau selepas mengajar. Seorang penjudi bisa saja mati ketika
di arena perjudian dan bisa juga mati di jalan ketika menuju ke tempat
perjudian atau sepulang dari arena judi. Atau mati dengan sebab yang lainnya
yang kita tidak pernah menyangka sebelumnya.
Di luar itu
semua bahkan didapati sebuah kenyataan ada seseorang yang sehat wal afiat
sehabis melakukan olah raga mati ketika dia beristirakat menyandarkan tubuhnya.
Kalau dilihat sepintas, apakah sebab kematian yang melarbelakanginya? Dia tidak
sakit, dia tidak sesak nafas. Lalu apa penyebab kematiannya? Selaku orang awam
anda pasti akan bingung. Tetapi bagi kalangan media, hal itu akan didapati
setelah diadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap organ tubuh yang bersangkutan.
Mungkin jantung lemah, dehidrasi dan kecapekan akut dan sebagainya.
still think about this???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar