GKR Bendara saat dipondong oleh KPH Yudanegara |
Ada yang istimewa saat kita simak wejangan Ngarso Dalem Sultan HB X tatkala memberi nasehat kepada pengantin GKR Bendara dan KPH Yudanegara ketika acara pamitan.
Sultan mengatakan bahwa pamitan sebagai prosesi terakhir dalam pernikahan itu bermakna bahwa nikah bukan saja untuk keperluan kedua pengantin, melainkan juga untuk membangun silaturahmi antara keluarga pria dan wanita, yakni bagaimana membangun martabat, melakukan hal-hal yang baik tanpa saling merendahkan atau menguasai. Ini tak lain dimaksudkan demi kebahagiaan pasangan pengantin baru.
"Menikah tidak untuk diri sendiri, tapi juga untuk membangun silaturahmi antarkeluarga laki-laki dan wanita," tutur Sultan yang didampingi permaisurinya, GKR Hemas.
Dalam mengarungi hidup berkeluarga ngarso dalem berharap agar pengantin bisa memiliki kebahagiaan lahir batin. Bukan hanya membangun cinta kasih. Tapi juga membangun keluarga besar, KPH Yudanegara diharapkan bisa menjadi suami yang baik bagi GKR Bendara. Dan juga sebaliknya, GKR Bendara juga bisa membangun dinamika keluarga besar sehingga harus sadar dan bisa membangun kehidupan keluarga yang harmonis.
"Kalian harus bisa membangun dialog, komunikasi dan kehidupan. Berbeda pandangan adalah hal yang wajar, maka dialogkan berdua dengan jujur dan iklas, jangan sampai menyimpan rahasia yang menimbulkan pertengkaran," pesannya.
Sultan mengatakan emosi harus bisa ditekan. Marah dalam suatu kehidupan adalah suatu hal yang lumrah bukan perbedaan yang dijadikan dasar perbedaan.
"Sebab dengan emosi kita sendiri akan bisa menghancurkan segalanya, manusia bisa lupa diri," katanya.
Apabila ada hal yang mengganjal di hati lebih baik di dialogkan dengan kejujuran dan dengan rasa nyaman dan aman. Jangan sampai ketika berdampingan ada rasa panas karena ada ketidakjujuran. Tapi landasan rasa aman dan nyaman itu untuk landasan hidup bahagia.
Dalam hal berkomunikasi, diharapkan juga menjaga ucapan. Pilihlah kalimat yang baik dan menyejukan dalam berkomunikasi. Jangan bicara dengan emosional.
"Kami terbiasa di Kraton, meski punya pembantu rumah tangga, setiap kali minta diambilkan sesuatu sampaikan dengan kata tolong. Karena orang kecil juga punya harga diri dan integritas. Biar dia digaji dan ikut, bilang minta tolong, ini pilihan kalimat untuk membuat guyub suatu kehidupan," paparnya.
Menurut Sultan, integritas diri itu penting. Seperti di Lampung juga ada tradisi kearifan lokal dalam membina kehidupan keluarga. Tapi integritas diri dan kehormatan keluarga bisa dijaga dengan baik.
Seperti pepatah, kalau orang kehilangan harta itu sama saja tidak kehilangan apa-apa. Kalau manusia mati pun hanya kehilangan separuh atau sebagian saja. "Tapi kalau sudah kehilangan harga diri maka akan kehilangan segalanya. Kehormatan harga diri jadi pertaruhan. Dalam kehidupna keluarga juga demikian harus bisa menjaga integritas, dan kehormatan kelurga," ucapnya.
"Menikah tidak untuk diri sendiri, tapi juga untuk membangun silaturahmi antarkeluarga laki-laki dan wanita," tutur Sultan yang didampingi permaisurinya, GKR Hemas.
Dalam mengarungi hidup berkeluarga ngarso dalem berharap agar pengantin bisa memiliki kebahagiaan lahir batin. Bukan hanya membangun cinta kasih. Tapi juga membangun keluarga besar, KPH Yudanegara diharapkan bisa menjadi suami yang baik bagi GKR Bendara. Dan juga sebaliknya, GKR Bendara juga bisa membangun dinamika keluarga besar sehingga harus sadar dan bisa membangun kehidupan keluarga yang harmonis.
"Kalian harus bisa membangun dialog, komunikasi dan kehidupan. Berbeda pandangan adalah hal yang wajar, maka dialogkan berdua dengan jujur dan iklas, jangan sampai menyimpan rahasia yang menimbulkan pertengkaran," pesannya.
Sultan mengatakan emosi harus bisa ditekan. Marah dalam suatu kehidupan adalah suatu hal yang lumrah bukan perbedaan yang dijadikan dasar perbedaan.
"Sebab dengan emosi kita sendiri akan bisa menghancurkan segalanya, manusia bisa lupa diri," katanya.
Apabila ada hal yang mengganjal di hati lebih baik di dialogkan dengan kejujuran dan dengan rasa nyaman dan aman. Jangan sampai ketika berdampingan ada rasa panas karena ada ketidakjujuran. Tapi landasan rasa aman dan nyaman itu untuk landasan hidup bahagia.
Dalam hal berkomunikasi, diharapkan juga menjaga ucapan. Pilihlah kalimat yang baik dan menyejukan dalam berkomunikasi. Jangan bicara dengan emosional.
"Kami terbiasa di Kraton, meski punya pembantu rumah tangga, setiap kali minta diambilkan sesuatu sampaikan dengan kata tolong. Karena orang kecil juga punya harga diri dan integritas. Biar dia digaji dan ikut, bilang minta tolong, ini pilihan kalimat untuk membuat guyub suatu kehidupan," paparnya.
Menurut Sultan, integritas diri itu penting. Seperti di Lampung juga ada tradisi kearifan lokal dalam membina kehidupan keluarga. Tapi integritas diri dan kehormatan keluarga bisa dijaga dengan baik.
Seperti pepatah, kalau orang kehilangan harta itu sama saja tidak kehilangan apa-apa. Kalau manusia mati pun hanya kehilangan separuh atau sebagian saja. "Tapi kalau sudah kehilangan harga diri maka akan kehilangan segalanya. Kehormatan harga diri jadi pertaruhan. Dalam kehidupna keluarga juga demikian harus bisa menjaga integritas, dan kehormatan kelurga," ucapnya.
Sultan berpesan kepada KPH Yudanegara, ia memiliki kewajiban untuk merengkuhi, mengayomi keluarga besar. Untuk itu, supaya pengantin berdua hidup dalam kebahagiaan maka harus melandasi dengan kejujuran dalam menempuh kebahagiaan hidup.
Sebagai orangtua, menurut Sultan, ia hanya bisa mengantarkan putri bungsunya ini sampai ke jenjang pernikahan. "Saya tidak ikut campur lagi karena mereka sudah dewasa. Kalau soal pasangan, itu pilihan mereka sendiri, bukan pilihan orangtua atau dijodohkan," katanya.
Dari pihak besan, Tursandi Alwi, juga mengucapkan terima kasih. Dan apabila ada kesalahan atas nama keluarga ia mengucapkan minta maaf.
"Kami belum terbiasa dengan tata cara kraton, jadi kalau ada keliru mohon dimaklumi karena kami dari orang sebrang," ucapnya selaku paman pengantin pria.
Keluarga besan juga mohon pamit kepada kelurga pengantin putri. Dan akan kembali ke Jakarta dan ke Lampung. "Mudah-mudahan pengantin berdua akan mendapat barokah dari Allah," ucapnya.
Sebagai orangtua, menurut Sultan, ia hanya bisa mengantarkan putri bungsunya ini sampai ke jenjang pernikahan. "Saya tidak ikut campur lagi karena mereka sudah dewasa. Kalau soal pasangan, itu pilihan mereka sendiri, bukan pilihan orangtua atau dijodohkan," katanya.
Dari pihak besan, Tursandi Alwi, juga mengucapkan terima kasih. Dan apabila ada kesalahan atas nama keluarga ia mengucapkan minta maaf.
"Kami belum terbiasa dengan tata cara kraton, jadi kalau ada keliru mohon dimaklumi karena kami dari orang sebrang," ucapnya selaku paman pengantin pria.
Keluarga besan juga mohon pamit kepada kelurga pengantin putri. Dan akan kembali ke Jakarta dan ke Lampung. "Mudah-mudahan pengantin berdua akan mendapat barokah dari Allah," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar