(MEMBAHAS IBADAH MAHDOH DAN GHOIRU MAHDOH)
Oleh : M. Ali Munif, S.Ag
Membahas tentang Bid’ah memang seakan tiada pernah habisnya. Dan bagi pembaca yang mengkuti tulisan ini sangat disarankan untuk mengikuti tulisan dari seri 1 dan 2. Hal ini penting biar pemahaman pembaca tidak mengalami distorsi. Baik, kita lanjutkan diskusi kita kali ini.
Pada sebuah kesempatan saya ditanya oleh seorang jama’ah,
“Ustadz saya tidak mau lagi yasinan atau tahlilan, kan itu bid’ah, hal yang tidak pernah dilaksanakan oleh Rasululloh?”
Mendengar hal itu saya pun tersenyum dan mencoba bertanya kepada yang bersangkutan,
“Lha menurut sampeyan bid’ah itu apa tho?”
Lalu ia menjawab, “Ya seperti yang saya dengar dari pengajian, adalah segala sesuatu yang diadakan setelah Rasululloh meninggal dunia, padahal beliau tidak pernah melakukannya.”
Maka saya pun lalu mengajukan pertanyaan lebih lanjut kepadanya,
“Menurut sampeyan, apakah mushaf Alqur’an yang sampeyan baca tiap hari itu juga bukan barang Bid’ah?”
“Ah yang benar Ustadz, itu kan kitab dari Allah mana mungkin itu bid’ah?”
Biar lebih bingung saya tanya lagi kepadanya,
“Apakah menurut sampeyan, hadits yang terbukukan dalam kitab-kitab sahih yang 9 macam itu juga bukan bid’ah?”
“Lha Ustadz ini bagaimana tho, tadi mushaf AlQur’an bid’ah, kitab-kitab hadis juga bid’ah, saya malah tambah pusing????”
Biar tambah pusing saya katakan lagi kepadanya:
: “Lha apa menurut sampeyan diri anda dan segala isi dunia ini juga bukan bid’ah? (lihat tulisan penulis tentang membedah Bid’ah edisi I &II)
: “???##@$%&*?!?”
Membahas masalah ini memang butuh kejernihan dalam kita memandang. Dalam Islam ibadah dibagi ke dalam dua macam :
1. Ibadah Mahdoh
2. Ibadah Ghoiru Mahdoh
Ibadah Mahdoh : adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah didesign oleh Alloh SWT kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya. Seperti sholat fardu 5 kali, ibadah puasa ramadhan dan haji. Semuanya adalah bentuk paket dari Allah turun kepada Rasulullah kemudian wajib ditirukan oleh umatnya tanpa boleh menambah atau memperbaharui sedikitpun.
Apa pernah yang berani menambah / memperbaharui ibadah semacam itu? Jawabannya ada, yaitu Muawiyah. Dalam Sunah Rasulullah ibadah jum’at didahului dengan 2 khotbah, sedangkan sholat 2 Id didahului sholat baru kemudian khutbah. Ibadah cara ini kemudian oleh Muawiyah diubah yaitu tatakala sholat Id, dia melangkah ke mimbar dan memberi khotbah baru kemudian sholat. Oleh para ulama’ pada masa itu telah diingatkan,
“Hai Muawiyah, sungguh engkau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Rasulullah” Kemudian Muawiyah menjawab,
“Kalau aku khutbah setelah usai sholat maka tidak ada manusia yang akan mendengarkan khutbahku” sambil berlalu menuju ke mimbar dan ia sungguh telah berkotbah sebelum sholat Id didirikan. Inilah bid’ah yang sesat itu.
Sholat dengan bahasa Indonesia, seperti yang terjadi di Jawa Timur, itu juga bid’ah dholalah (sesat) karena sholat masuk ke dalam ranah ibadah mahdoh sehingga mengubah dan menambahi aturan di dalamnya termasuk kategori sesat. Bukankah Rasulullah sduah menggariskan “Sholluu kamaa roaitumuuni usholli –sholatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku sholat”
Ibadah ghoiru mahdoh : adalah seluruh perilaku seorang hamba diorientasikan untuk meraih ridho Allah (ibadah). Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari Rasulullah. (edisi I tentang bidah, sudah penulis singgung-- Dalam hadis Jarir ibn `Abdullah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء
“Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka.” (Lihat antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5 imam antara lain, Nasa’i, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).
Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridho Allah masuk ke dalam ranah ibadah ghoiru mahdoh.
Lha itu peringatan mulid nabi, isro’ mi’roj kan juga bid’ah tho ustadz? Betul, itu bid’ah namun ia masuk ke dalam kategori sunnah hasanah (bukan sunnah sayyi-ah). Mengapa? Dahulu Buya Hamka ketika kali pertama mendengar aktifitas Maulid Nabi dan Isro’ Mi’roj juga mengatakan itu adalah bid’ah sesuatu yang tidak pernah dijalankan oleh Rasulullah. Namun ketika beliau menyaksikan sendiri rangkaian kegiatan tersebut yanga ternyata berisi dzikir-dzikir kepada Allah dan mauidhoh hasanah yang mengajak umat untuk amar ma’ruf nahi munkar serta untuk menteladani pribadi Rasulullah dan memikirkan kekuasaan Allah yang telah menjalankan hambaNya Muhammad saw dari Masjidil Haram-Masjidil Aqsha-Sidratul Muntaha (perlu diketahui, jamaah Alqiyadah Islamiyah (pimpinan A.Musaddek) juga tidak meyakini kalau Isra’ Mi’raj itu ada dan terjadi, sebeb menurut mereka itu irrasional tidak bisa dinalar-Insya Allah kesempatan lain akan kita bahas tentang Isra’ Mi’raj ini.)
Tentang Isra’ Mi’raj dalam Alqur’an disinggung Q.S. Al Isra’ : 1
Artinya ; “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Bagaimana Umat akan bisa melihat kekuasaan Allah yang demikian hebat ini kalau mereka tidak pernah diajak untuk mengaji (baca mengkaji)? Apalagi menjelaskan kepada para pengikut Alqiyadah yang notabene tidak meyakini adanya Isra’ Mi’raj. Mereka tidak akan percaya begitu saja dengan keterangan-keterangan normatif.
“Itu kan sudah diinginkan Allah. Kalau Allah berkehendak apapun akan terwujud.”
Itulah yang saya katakan di atas, keterangan yang demikian itu tidak akan bermanfaat sama sekali untuk dapat mengembalikan keyakinan pengikut Al Qiyadah. Karena segalanya sudah usai pada waktu anda mengatakan “itu sudah diinginkan Allah, sudah kehendakNya.”
Lha itu kan Isra’ Mi’raj, lha Maulid nabi kan tidak ada dalilnya ustadz?
Sampeyan ini bagaimana, lihatlah sejarah bagaimana awal mula Maulid nabi diselenggarakan oleh Salahuddin Al Ayyubi (Alqur’an memerintahkan kita untuk melihat masa lalu untuk masa yang akan datang lihat Q.S. Al Hasyr (59) : 18)
Sekarang bagaimana umat bisa paham ayat Q.S. Al Ahzab (33) :21? Yang membahas tentang perilaku nabi Muhammad bahkan menteladani perbuatannya (uswatun hasanah) kalau mereka tidak pernah tahu? Baca buku ogah, lihat film tentang sejarah nabi kalah dengan Hollywood dan Bollywood. Lalu pakai apa dong?
“Makanya ngaji dong ustadz?”
Apa menurut sampeyan semua orang bisa kayak sampeyan ngaji rutin berjam-jam. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan peluang seperti sampeyan. Oleh karena itu harus ada media yang bisa mengajak mereka untuk ngaji bareng dalam suasana yang elegan, tidak terlalu formal. Di sinilah diperlukan HIKMAH dalam kita mengajak umat untuk menuju jalan Tuhan.
Lihat Q.S. An Nahl (16) : 125 :
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan HIKMAH dan pelajaran yang baik (Mauidhoh Hasanah) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam Islam ada dalilul ‘am (Dalil umum)dan dalilul khos (dalil khusus).seperti halnya ibadah di atas yang terbagi ke dalam 2 bagian, yakni ibadah dalam artian khusus (ibadah mahdhoh) dan ibadah dalam artian umum (ibadah ghoiru mahdhoh). Maka ketika dalil khusus tidak dijumpai kita harus merujuk kepada dalil ‘am.
Dengan demikian, kalau kegiatan pengajian Maulid nabi Isra’ Mi’raj itu diberangus, apa bisa sampeyan menciptakan sebuah forum atau kegiatan yang dapat menarik sekian banyak orang untuk turut serta ngaji? Kalau bisa ya tidak apa-apa malahan bagus.Di sinilah perlunya KREASI, IDE-IDE CERDAS yang mengajak kepada kebaikan. Kapan Islam bisa mengikuti perubahan zaman yang kian modern kalau kita senantiasa mundur ke zaman onta?. Wallahu a’lam bis-showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar